MENGIKUTI YESUS?

author photo September 29, 2018

Minggu Biasa XXVI Tahun B, 30 September 2018
Markus 9:38-43,45,47-48

Suatu ketika Yohanes, salah seorang murid Yesus, bercerita kepada guru mereka bahwa mereka melihat orang yang mengeluarkan setan demi namanya. Yohanes mencegahnya mengingat orang itu bukan salah satu dari pengikut para murid Yesus. Murid ini berpendapat bahwa siapa saja yang mau menjalankan hal-hal yang baik mestinya bergabung dulu dengan kelompok yang sudah mapan seperti para murid terdekat tadi. Bukan sendiri-sendiri. Yohanes mengatakan "bukan pengikut kita". Terasa adanya pendapat bahwa mengikuti Yesus hanya dapat dijalani bersama dengan para muridnya. Seolah-olah mereka itu satu-satunya agen penyalur. Rupa-rupanya Yohanes berpikir dalam kerangka "keseragaman" dan tidak melihat nilai "keragaman" di antara para pengikut Yesus.

Yesus meluruskan pendapat Yohanes. Dilebarkannya pula pandangan para murid lainnya. Mereka diajarnya agar tidak melihat diri mereka sebagai kelompok pusat dalam umat. Janganlah mereka menganggap orang-orang yang belum atau tidak bergabung dengan mereka sebagai yang bukan pengikut Yesus. Dengan kata lain, mereka diajak menyadari bahwa ada orang-orang yang mau menerima Yesus dan mengikutinya meskipun tidak jelas-jelas bergabung dengan para murid terdekat. Yang menjadi ukuran bagi pengikut Yesus kiranya bukanlah keseragaman dengan para murid tadi, melainkan keselarasan dengan Yesus dan dengan pengutusan yang dijalaninya. Dan keselarasan ini bisa bermacam-macam ujudnya, bisa memuat keragaman.

Ada tiga pokok ajaran yang terungkapi dalam ay. 39-42. Dalam ay. 39 diajaknya para murid menumbuhkan kelonggaran hati. Dikatakannya, "Jangan kamu cegah dia, sebab tidak ada seorang pun yang telah mengerjakan mukjizat demi namaku dapat seketika itu juga mengumpat aku." Bagi Yesus orang itu jelas-jelas menjadi pengikutnya. Para murid Yesus, juga yang paling dekat sekalipun, diminta agar longgar hati menghargai keragaman.

Kemudian dalam ay. 40 dituntunnya para murid supaya sampai pada keyakinan bahwa "Siapa saja yang tidak melawan kita, ia ada di pihak kita." Ada soal bahasa yang agak pelik. Tetapi soalnya selesai bila kita mengerti pernyataan itu sebagai ajakan Yesus kepada para murid agar mampu dan berani menegaskan kalimat itu. Jadi yang dimaksud ialah murid-murid sendiri yang mempertengkarkan perkara tadi.. Mereka diharapkannya bisa bertindak sebagai orang besar yang sejati. Tak usah mereka merasa terancam bila ada orang yang mengerjakan hal serupa walaupun tidak bergabung dengan mereka. Dengan bahasa zaman kita sekarang, mereka diharap agar berani berkompetisi secara jujur.

Selanjutnya, ada imbauan dalam ay. 41 agar para murid memandangi diri dengan cara yang benar. Mereka sebenarnya memberi banyak kepada siapa saja yang berbuat kebaikan sekecil apapun kepada mereka. Tetapi mereka itu mendatangkan pahala bagi orang lain bukan karena diri mereka sendiri, melainkan karena mereka itu adalah pengikutnya. Menjadi pengikut Kristus, itulah yang membawakan keselamatan bagi orang lain, bukan menjadi pengikut para murid. Cocok dengan ajaran agar tidak mencari kedudukan, menginginkan status tinggi dalam umat, tidak menginginkan diri jadi pusat. Ayat ini sebenarnya ungkapan akan apa yang nyata-nyata diyakini umat awal seperti jelas dengan ungkapan "karena kamu adalah pengikut Kristus". Yesus sendiri dalam hidupnya tidak pernah menyebut diri Kristus atau Mesias; ia memakai sebutan Anak Manusia.

Akhirnya, para murid diminta dalam ay. 42 agar memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap orang-orang yang hendak mengikuti Yesus secara tulus. Ayat ini menggambarkan orang-orang itu sebagai "anak kecil" sejalan dengan pemakaian kata itu dalam Mrk 9:36-37 yang ikut dibacakan hari Minggu lalu. Jangan sampai mereka dibiarkan "berbuat dosa" oleh para murid yang merasa lebih dekat dengan Yesus. Masalah dalam penerapan ayat ini bagi zaman ini tentunya berkisar pada siapa yang merasa murid dekat dan siapa yang menjadi pengikut Yesus pada umumnya itu. Dalam menafsirkan ayat-ayat Kitab Suci bagi kehidupan masa kini, sebaiknya dibuat penerapan yang luwes dan tidak kaku. Jadi, "para murid terdekat" tak usah membuat orang ingat akan para pemimpin Gereja, para pastor melulu, dan sebaliknya "anak kecil" tak perlu dibatasi pada umat. Yang berpihak pada Yesus dan pengutusannya menjadi pengikutnya. Yang ikut memperhatikan kesejahteraan mereka ialah murid terdekat. Begitulah, Yesus menekankan bahwa siapa saja yang merasa sudah dekat padanya, sudah masuk ke dalam kelompok murid terdekat, hendaklah ia memikirkan kesejahteraan mereka yang masih belajar, masih mencoba menemukan jalan mendekat kepada Kabar Gembira yang dibawakan Yesus. Inilah kenyataan ikut serta dalam perutusan dan pengutusan Yesus. Inilah kekuatan yang menghidukan Gereja. (WL)
Next article Next Post
Previous article Previous Post