Surat Gembala APP Keuskupan Bogor 2018
“AKU KATOLIK –AKU INDONESIA
SELAMATKAN TANAH AIR KITA”
Saudara-saudariku, umat Keuskupan Bogor terkasih,
Semoga damai Tuhan berlimpah dalam hatimu.
Semoga damai Tuhan berlimpah dalam hatimu.
Laksanakan Retret Agung: Masa Prapaskah
Masa Prapaskah adalah saat kita melakukan retret Agung bersama-sama dan secara pribadi. Masa ini dimulai pada Hari Rabu Abu, 14 Februari dan berakhir pada hari Jumat Agung, 30 Maret 2018. Pada masa ini, seruan-seruan Yesus dan para nabi bernada ajakan untuk bertobat, berpuasa dan beramal menghiasi khotbah-khotbah, tulisan-tulisan prapaskah, renungan-renungan di lingkungan, wilayah, paroki. Yesus mengingatkan para muridnya: “Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka. Berilah sedekah dan jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu” (Bdk.Mat 6:1-4). Yesus berseru lagi: “Janganlah berdoa seperti orang munafik; berpuasalah” (Bdk 6,5). Sedangkan Nabi Yoel mengingatkan orang Israel dengan seruan tegas: “Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada Tuhan, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan penuh kasih setia. Adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya” (Bdk. Yoel 1:14).
Aku Katolik: Semakin serupa dengan Kristus Yang tersalib
Saudara-saudariku terkasih,
Retret Agung ini mesti mendorong kita semua untuk hidup semakin serupa dengan Kristus yang wafat dan bangkit bagi kita. Dalam tuntunan roh Kristus itu, kita melakukan gerakan pertobatan, pembaruan hati dan mengimplementasikan kesetiakawanan sosial dalam tindakan. Gerakan pertobatan dan pembaruan kita sebagai satu keuskupan mengarah pada semakin teguhnya komitmen kita sebagai pengikut Kristus (komitmen kekatolikan), semakin kuatnya tekad kita untuk berkarya nyata demi memajukan kesejahteraan umum bangsa kita (komitmen kebangsaan), dan semakin rela serta bersukacita mengerjakan kesetiakawanan sosial demi menyelamatkan bumi dan air di tanah air Indonesia tercinta.
Bertobat: Aku berkomitmen sebagai Duta Kristus yang hebat
Seruan Yesus “bertobatlah dan percayalah kepada Injil” selaras dengan penegasan nabi Yoel untuk berbalik kepada Tuhan dan mengoyakkan hati, bukan pakaian. Tindakan berbalik kepada Tuhan terjadi karena percaya pada sosok Allah yang maha pengasih, panjang sabar dan penuh kemurahan hati. Pesona Allah itu diperlihatkan oleh Yesus Kristus, sang Penyelamat tersalib itu. Pola hidup dan pendekatan manusiawi, yang dilakukanNya melalui ajran-ajaran, tindakan-tindakanNya begitu menggerakan banyak orang sehingga mereka mengubah hidup dan komitmennya. Ingatlah kisah Rasul Petrus, Andreas, Zakheus, Mateus, Maria Magdalena dan Paulus. Mereka siap diutus sebagai duta Kristus yang hebat. Ajaran dan teladan hidup Yesus Kristus bermuara pada cinta akan Allah, sesama manusia dan alam semesta. Kini dan di sini, hic et nunc, mari kita teguhkan komitmen kita: “Aku siap diutus sebagai duta Kristus yang hebat”. Dengan demikian, Gereja kita semakin kokoh dalam imannya, teguh memaknai keberadaannya dan bersambung rasa dengan umat manusia yang sedang berziarah di dunia ini” (Bdk. GS 1). Gereja juga membuka dialog dengan negara dan masyarakat (Bdk EG.183).
Aku Indonesia: Adakan dan Rayakan Gerakan Kebangsaan: sebuah Kesetiakawanan Sosial
Seruan Yesus dan Nabi Yoel perlu diimplementasikan dalam situasi kekinian umat Keuskupan Bogor. Mencermati tanda-tanda zaman now, kami menyerukan: “Umatku, adakan dan rayakan gerakan-gerakan kebangsaan. Tingkatkan aksi kesetiakawanan sosialmu sebagai bagian utuh dari komitmenmu sebagai duta Kristus yang hebat”. Sebab “iman tanpa perbuatan (gerakan kebangsaan) adalah mati”, seru Rasul Yakobus (Bdk Yak 2,17). Paus Fransiskus mengingatkan kita:” Iman sejati – yang tak pernah nyaman atau sepenuhnya individual – selalu melibatkan hasrat mendalam untuk mengubah dunia, meneruskan nilai-nilai, meninggalkan dunia ini agak lebih baik daripada ketika kita temukan” (EG 183). Penegasan “Aku Indonesia” mengandung komitmen kebangsaan. Artinya, kita memiliki keyakinan teguh untuk ikut serta mengembangkan bangsa dan tanah air Indonesia atas dasar Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Kita mengembangkan bangsa dan tanah air Indonesia itu menjadi “rumah kita bersama”—tempat semua orang Indonesia mengalami hidup dalam damai, sejahtera dan bersaudara. Komitmen keindonesiaan mengandung spirit kesetiakawanan sosial, yang merupakan daya batin dan kerelaan hati untuk merasakan senasib, sepenanggungan dan saling membutuhkan satu terhadap yang lain. Kesetiakawanan sosial terwujud dalam sikap peduli dan saling berbagi. Sikap peduli dan saling berbagi dikonkretkan dalam gerakan-gerakan dan kegiatan kebangsaan. Gerakan-gerakan itu antara lain:
- Gerakan peduli akan pengamalan nilai-nilai Pancasila. Adakan dan rayakan momen-momen kenegaraan bersama elemen bangsa lainnya, seperti pada peringatan hari raya Kemerdekaan Indonesia atau Hari Kesaktian Pancasila, dll, dengan mengadakan doa bersama, gerak jalan bersama, bakti sosial bersama. Dengan demikian kita berjuang bersama membangun masyarakat yang beradab, adil dan saling menghargai. Dialog lintas iman dan dialog budaya, serta dialog dengan pejabat-pejabat negara, para anggota wakil rakyat diciptakan.
- Gerakan pertobatan sakramental, berpuasa dan bersedekah ditingkatkan. Penuhilah bilik-bilik pengakuan dosa di gereja-gerejamu; isilah kotak-kotak derma dengan sukacita dan tulus. Hapuskanlah hutang-hutang iri hati, dendam kesumat yang terpendam dalam hatimu. Berpestalah karena kita sudah berbalik kepada Allah, mengasihi sesama dan alam ciptaan ini.
- Gerakan melibatkan diri dan terjun dalam kehidupan berpolitik berwawasan nasional. Maka dalam peristiwa PILKADA 2018, dan PILEG PILPRES 2019, semua umat yang mempunyai hak memilih mesti ikut aktif. Pilihlah pejabat-pejabat publik yang terbukti dan konsisten bertekad membangun kesejahteraan semua orang di kota, kabupaten dan provinsi.
- Gerakan merayakan Paskah, sebagai kebangkitan dan tekad kita untuk bekerja bersama Kristus yang bangkit membarui dunia ini. Bersama Dia, kita memberantas korupsi, tidak kompromi dengan kelompok-kelompok politis yang berorientasi hanya mencari kekuasaan demi kepentingan golongannya.
- Gerakan ekologis menyelamatkan tanah-tanah dan air dari pencemaran-pencemaran akibat kerakusan, ketamakan kita. “Bertobatlah” dari menyiksa alam, memperkosa tanah dan air melalui perilaku kita yang tidak ramah lingkungan. Mari kita menciptakan keharmonisan hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan seluruh ciptaan dan manusia dengan sang Pencipta.
- Gerakan membangun masyarakat cinta damai dan keramahan sejati dimulai dari rumah kita “Ecclesia domestica”, hingga masyarakat kota dan bangsa.
Bogor, 3 Februari 2018
Mgr. Paskalis Bruno Syukur
Magnificat Anima Mea Dominum